BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

31 Oktober 2008

seBuaH TaNya

Hari ini libur kerja……Rena berencana membeli kipas angin, cuaca di kota tepian akhir akhir ini begitu panasnya.
“kak, jadi kan nemenin aku beli kipas angin?”
“iya, jadi. Sahut kakaknya “jam berapa kita jalan?”
“ntar, abis sholat Dzuhur ya!!”
:ok, deh”
selepas sholat dzuhur mereka pun siap siap ke toko elektronik di jln. Imam bonjol, toko yang selalu jadi langanan mereka kalau membeli barang elektronik.
Suasana di toko itu tidak begitu ramai, maklumlah ini bukan hari minggu atau hari libur.


Tiba tiba matanya terpaku pada sosok lelaki itu.
“kak, coba sini deh itu kak Romi kan?, teman seangkatan kakak di smk dulu”
“mana? Yang sama cewek yang pake baju pink itu ya?”
“iya, kak Romi kan itu? Tanya Rena meyakinkan
“iya, itu Romi.”
Rena jadi teringat akan masa-masa di SMK beberapa tahun lalu, saat itu ia kelas 1 smk dan Romi kelas 3 di sekolah yang sama, seangkatan dengan kakaknya, namun beda jurusan. Kak Romi adalah ketua Osis di sekolah itu dan kebetulan Rena merupakan anggota baru Osis.
Malam itu, malam pelantikan anggota osis baru serta serah terima jabatan, posisi kak Romi digantikan dengan anak kelas 2, setelah acara pelantikan selesai, anggota osis yang lama memberi selamat kepada anggota baru, mereka saling bersalam-salaman, dan kak Romi adalah salah satu dari sekian anggota osis yang tidak mau bersalaman dengan kaum hawa, maklumlah beliau adalah anak rohis. Anak-anak baru yang memang belum mengerti pada menggerutu.
“sombong sekali sih kakak itu, masa mau salaman aja gak mau”gerutu chika
“yah, kamu harus ngerti dong, bukan Cuma kakak itu kok yang gak mau salaman dengan kita-kita ini, coba kamu liat semua anggota rohis gak ada yang mau salaman dengan orang yang bukan mahramnya, tau!!”Dita coba menjelaskan
yah itu sih baru segelintir percakapan yang sempat Rena dengar dari anak-anak baru, teman seangkatannya.
Tapi hari ini, yang Rena lihat sepertinya bukanlah kak Romi yang dulu, Romi yang tak mau menyentuh kulit wanita, Romi yang selalu menundukkan pandangannya.
Hari ini kak Romi berjalan dengan seorang wanita yang berpakaian seksi.
Ah mungkin itu saudaranya kali, pikir Rena sejenak, tak ingin berburuk sangka.
Sempat terlintas di benaknya kalau kak Romi punya istri pastilah sama dengan kakak kakak anggota rohis lainnya, seorang akhwat dengan jilbab yang besar bahkan banyak pula yang yang bercadar, yah kalau gak dapet yang kayak gitu minimal berjilbab lah, bukan seorang wanita dengan pakaian seksi. Wah kok jadi mikir yang enggak-enggak neh gumamnya. Rena pun segera membuang jauh pikiran itu.
Beberapa hari kemudian, di sebuah mall tempat Rena bekerja……
Tiba-tiba matanya kembali melihat sosok kak Romi, yah msih dengan wanita yang sama, dan…..
“hai, kerja di sini ya?”
“iya kak, jawabnya sambil menundukan pandangan”
“nyari apa kak?”
“ah, Cuma mau cuci mata saja dengan istri, sambil memperkenalkan istrinya”
“udah lama kerja di sini, tanyanya?”
“yah lumayanlah”, jawab Rena sekedarnya
“oh ya kak, silahkan lihat-lihat saja, saya tinggal dulu ya”
“oh iya dek, silahkan” jawab kak Romi
memang hari ini suasana toko sangat ramai, maklumlah hari libur.
Rena pun beranjak meninggalkan Romi dan istrinya karena banyak costumer yang harus di layani.
Melihat kak Romi membuatnya bertanya-tanya, apakah yang terjadi dengan kak Romi sekarang ini, meskipun bukan hanya kak Romi yang sudah berubah, kemarin dia juga bertemu dengan akhi Dedi yang sedang memilih cincin kawin di toko depan, dengan mbak Sarah seorang pelatih fitnes di tempat akhi Dedi bekerja, padahal yang dia tahu akhi Dedi sudah menikah siri dengan ukhti Vivi, entah mengapa pula menikah siri jadi pilihan mereka…..
Yah hanya mereka dan Allah lah yang tahu jawabannya.
Memang sudah lama Rena tak pernah lagi bertemu dengan ukhti Vivi, ah apa kabar ukhti Vivi ya???
Sejenak Rena pun teringat akan satu ayat
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita anak-anak,harta yang banyak dari jenis emas,perak,kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik (syurga)”.(Q.S 3:14)

samarinda, oktober 2008

27 Oktober 2008

BeRheNti SejeNaK

waktu terus bergulir, sudah sekian lama perjalananku di dunia ini, coba melihat ke belakang sejenak...terasa begitu banyak waktu yang terbuang dengan perbuatan yang sia-sia.
kini...mencoba mengingatkan diri ini apakah ibadah ini masih tetap terjaga?
adakah malam-malamku mulai terlewat tanpa sempat sujud meskipun hany 2 rakaat di 1/3 malam?


mencoba mengingat sejenak, adakah terasa betapa kosongnya hati ketika sholat tak lagi khusuk,tilawah yang tak pernah mencapai target dan dhuha yang tak sempat dilakukan,dan malampun hanya menyisakan lelah karena hari-hari begitu disibukkan dengan urusan dunia,adakah hal itu yang kini terjadi?
astagfirullah hal'adzim
kucoba berhenti sejenak,memikirkan dan merenungkan, bahwa hidup ini akan berakhir dan dia akan berakhir tanpa pemberitahuan sebelumnya
adakah diri ini siap,adakah bekalku sudah cukup ketika saat itu datang????

samarinda, 26 oktober 2008

22 Oktober 2008

PilGuB PutaRan Ke-2

besok atau tepatnya tanggal 23 Oktober akan kembali di gelar pemilihan gubernur putaran ke 2 di kalimantan timur, entah siapa kah pasangan yang akan terpilih untuk menjadi orang no.1 di bumi etam ini, salah satu pasangan terlihat sangat gencar melaksanakan kampanye hampir di setiap sudut jalan kota samarinda terpampang gambar sang pasangan, sedangkan pesaingnya terlihat lebih santai dalam menghadapi putaran ke-2 ini



kegiatan kampanye memang menghabiskan banyak sekali uang,entah uang dari mana...
sang tim sukses tengah gencar-gencarnya membagikan tanda mata, ada yang di kasih sembako ada yang di kasih uang dll

siapapun yang terpilih yang kuharapkan adalah beliau adalah pemimpin yang bisa menjalankan amanah, seseorang yang mampu menjadikan bumi etam ini menjadi lebih baik lagi

16 Oktober 2008

BUKU HARIAN TUA

Ia terkejut.buku itu hilang, setelah belasan tahun tersembunyi dengan aman di antara tumpukan buku-buku tua, akhirnya ada yang mengetahui rahasiannya.siapakah yang menemukannya?
Apakah Saif?tidak mungkin.suaminya tidak pernah mebongkar barang-barang ini. Atau mungkin anak-anak?tidak juga. Mereka tidak pernah kemari. Ruangan ini hanya menyimpan barang-barang lama yang tidak bisa dibuang karena sayang.
Ia tidak mungkin menanyakannya. Buku itu buku hariannya sewaktu masih kuliah dulu. Suaminya tidak pernah tahu, ia selalu berhasil menutupinya. Ia tak ingin suaminya membacanya.

Dengan perasaan galau, ia membereskan kotak-kotak itu. Setiap kali ingin,ia selalu datang kemari untuk membacanya. Hanya untuk mengenang dan sekarang kenangannya hilang.

Bunga-bunga kesayangannya tumbuh dengan nyaman di halaman belakang. Pada bunga ia melihat bagaimana kehidupan berjalan. Sejak dari bibit sampai layu mengering, ia tak pernah menyingkirkan daun yang menua. Dibiarkannya sampai seluruh daun menguning dan akhirnya tanaman itu mati karena usia.
Apakah aku sudah berbuat baik selama ini?pikirnya. apakah aku membuat diriku dan oarang-orang yang mengenalku menjadi lebih baik? Mungkin bunga-bunga itu lebih baik dariku. Mereka memberikan kebijaksanaan bagi orang-orang yang memandangnya.

“sedang apa bunda?” anak gadisnya mengagetkan.
“Ah, tidak. Cuma melihat bunga. Cantik-cantik ya?”
“iya,tapi sudah tua.”
“sekarang memang sudah tua. Tapi dulu mereka juga pernah muda.”
“Bunda seperti sedang membicarakan manusia,” putrinya terkikik.
Ia ikut tertawa, “Bunga dan manusia kan hampir sama.”
Mereka asyik memandang hamparan bunga ketika putrinya berkata, “Bunda?”
“ya?”
“sebelum menikah dengan ayah,apa Bunda pernah menyukai seseorang?”
ia menoleh. “mengapa?” senyumnya
“Rahasia ya Bunda?” putrinya terlihat kecewa.
“tidak juga. Kamu ingin jawaban yang seperti apa?”
“kalau bukan rahasia, yang sebenarnya.”
“itu benar.”
“siapa, Bunda?”
“Teman sekolah.”
“seperti apa caranya?”
“Cuma sebelah hati kok.”putrinya terbelalak,” dia menolak Bunda?”
ia tertawa,”bukan begitu”
“karena Bunda merasa malu kalau sampai orang itu tahu. Kadang bunda merasa kalau dia tahu. Kalau sudah begitu, Bunda jadi takut. Bunda bhakan tidak mau lewat di depannya dan berusaha menjauhi tempat-tempat yang mungkin dia ada di sana.”
“Apa menyukai seseorang itu dosa, Bunda?”

“kemampuan hati untuk menyukai seseorang itu karunia. Karenanya ada hukum-hukum Tuhan yang harus di patuhi. Pergaulan bebas sama sekali tidak di perbolehkan. Dan yang terutama harus menjaga hati.”
“Bagaimana caranya, Bunda?”
“Akui saja kalau kamu memang suka, tapi simpan di hati, jangan biarkan dia tahu, dan jangan berbuat apapun yang membuat kamu tambah suka padanya. Kalau kamu tidak tahan dan ingin bercerita tentang dia pada orang lain, samarkan identitasnya.”

“Mengapa?”

“Supaya orang tidak menyebarkan gosip, supaya namamu dan nama orang yang kamu sukai terjaga. Kamu tidak akan tahu siapa dia dalam masa depanmu. Mungkin saja dia akan menjadi suami sahabatmu atau teman suamimu kelak. Coba bayangkan bagaimana perasaan sahabatmu atau suamimu kalau mereka mendengar tentang yang pernah terjadi, kacau kan jadinya?”
“Benar juga ya Bunda”
“Baik-bailah menjaga hati karena tidak mudah untuk mengendalikannya.”
“Kalau begitu pacaran itu tidak boleh, ya Bunda?”
“Menurut kamu pacaran itu apa?”
“seperti yang dilakukan orang-orang. Suka duduk berdua, kemana-mana berdua. Yang seperti itulah, Bunda”
ia tersenyum. “Kamu sudah tahu jawabannya.”
“Tidak boleh,”sahut putrinya pelan.
“Mengapa Bunda merasa kamu bertanya hanya untuk menegaskan saja?” ia mengerling.
Anak gadisnya tersipu, “Bunda tahu.”
“teman-teman mengatakan yang tidak pacaran itu kuper,” putrinya berkata lagi.
“kamu setuju dengan mereka?”
“Yasmin tidak suka dibilang kuper, tapi Yasmin juga tidak mau pacaran.”
“Mengapa?”
“Kan memang tidak boleh,Bunda. Kalau di pikir-pikir pacaran itu menyusahkan juga ya, kalau putus jadi patah hati.”
Menjadi manusia itu memang tidak mudah, sayang. Manusia yang baik harus punya prinsip yang baik. Jadi ia tidak mudah bingung kalau di sudutkan orang lain.
“Mereka juga bilang, kalau tidak pacaran tidak dapat suami.”
“kata siapa? Kalau sudah waktunya, dia pasti akan datang. Pacar belum tentu jadi suami.”
“Bagaimana dia datang Bunda?”
“Bisa lewat perantara, atau tiba-tiba datang melamar tanpa kamu duga.”
“Seperti Ayah dan Bunda?”
“Ya.”

Begitulah jalan yang di tempuh kehidupannya. Dan dia mensyukurinya seumur hidup. Ia tahu anak gadisnya mulai menyukai seseorang. Tapi ia tak mau menuduh. Biarlah putrinya menyimpan sendiri atau bercerita pada sahabatnya. Ia tahu, putrinya akan selalu datang padanya untuk pendapat nomer satu.
Sudah dua minggu berlalu, dan sepertinya buku hariannya akan hilang selamanya. Sampai suatu malam suaminya duduk di sampingnya dan mengangsurkan sebuah buku. Buku hariannya!
Ia terperanjat. Bagaimana bisa? Suaminya tersenyum.”Apa kamu kehilangan buku ini?”
“Kamu dapat dari mana?”ia menatap suaminya. Yang ditatap tetap tersenyum. “Tidak sengaja. Beberapa minggu lalu aku mencari buku lama di gudang dan menemukan buku ini. Aku heran karena tidak pernah melihatnya, lalu kubuka. Ternyata buku harianmu.”
“kamu membacanya?”ia sudah pasrah.
“aku minta maaf. Aku membacanya karena aku ingin memahamimu lebih baik, apa kamu marah?” Suaminya merasa bersalah.
Ia mencoba tersenyum. “Aku tidak marah, aku malu padamu.”
“Mengapa?”
“kamu jadi mengerti seperti apa aku sebelum kita menikah. Juga ada beberapa catatan yang bisa membuatmu cemburu, karena itu aku menyembunyikannya darimu.”
“Aku memilihmu karena aku percaya kamu akan selalu setia kepadaku, aku tidak memiliki hak atasmu sebelum kita menikah. Karena itu kamu bebas melakukan dan merasakan apa saja.”
“mengapa kamu mengatakan ‘bebas’ ?aku kan tidak pernah melakukan hal-hal yang tercela”protesnya.
“Aku tahu dan aku percaya kamu pandai menjaga diri, karena itu aku menyukaimu.”
Ia terdiam.”Kamu menyukaiku sebelum kita menikah?”
Suaminya tersenyum. “Kalau aku tidak menyukaimu,apa mungkin aku melamarmu?”
“sejak kapan?”
“Sepertinya sejak saat yang sama dengan ketika kamu mulai menyukaiku.” Ia terperangah, “Bagaimana kamu yakin?” “Aku ingin bertanya dulu. Orang yang di ceritakan dalam setengah bagian akhir buku harianmu itu aku kan?”
“Ya,” jawabnya tertunduk. Tiada rahasia lagi, justru bagian itu membuatnya paling malu. “Berarti benar, aku tidak menyangka kamu sangat menyukaiku sampai separuh buku harianmu habis untuk menulis tentang aku.”
Pipinya memerah. “Jangan meledek,aku jadi tambah malu.”
“Mengapa di halaman terakhir kamu menulis telah melepaskan aku?”
“Waktu itu aku sedang menjalankan program nekat pangkal iman, aku tidak akan melakukan apa pun yang menunjukkkan aku suka padamu. Aku putuskan tidak peduli padamu, dan pura-pura menganggapmu tidak ada. Aku ingin melihat takdir apa yang akan terjadi pada kita kalau aku tidak ikut campur.”
“Kamu berani sekali, kalau kita tidak pernah bertemu lagi bagaimana?”
“Berarti kita tidak di takdirkan untuk bersatu.”
“Apa kamu bersyukur kita akhirnya menikah?”
“Sangat. Waktu kamu datang memintaku, aku hampir tak percaya. Aku sudah menerima kenyataan kalau kita tidak akan pernah bertemu lagi.”
“Memang waktu itu kita tidak pernah bicara ya?padahal kita satu fakultas.”
“Saif, kita memang tidak kenal, kita Cuma tahu.”
“Iya, kenal itu lain ya dengan tahu,” senyum suaminya. “Dulu sebenarnya aku ingin bisa bicara denganmu, tapi aku malu.”
“Aku kira lebih baik begitu, jadi kamu tidak akan melihat aku salah tingkah di depanmu.”
“Kamu dulu cuek sekali padaku.”
“Kamu tidak tahu, aku mengamatimu diam-diam, aku sudah senang hanya dengan mengetahui kamu melintas, aku tahu baju apa yang kamu pakai, aku bahkan bisa mengenalimu dari belakang.”
“Sangat perhatian,”suaminya tertawa.
“Tapi aku tidak hafal wajahmu. Kamu ingat yang kutulis sewaktu aku melihatmu di perpustakaan? Waktu itu aku ragu apa benar itu kamu.”
“Aku ingat, waktu itu aku memakai baju baru.”
“Lihat, kalau kamu memakai baju baru aku tidak bisa mengenalimu. Itu karena aku mengandalkan baju yang biasa kamu pakai.”
“Soalnya kamu minus.”
“Iya. Mataku tidak bisa melihat jauh, karena itu aku tidak pernah bisa melihat wajahmu dengan jelas, lagi pula kalau terlalu lama memperhatikanmu aku akan terancam bahaya.”
“Bahaya ketahuan?” suaminya menyeringai. “Kan tidak boleh terlalu lama.”ia lalu melanjutkan, “Tapi kadang-kadang aku bisa mengenalimu tanpa melihat wajahmu walaupun kamu memakai baju baru, tas baru dan sepatu baru, bahkan dari belakang sekalipun.”
“Ya, aku yakin itu kamu, dan ternyata itu benar.”
“Ketika itu aku sedang mencatat pengumuman, kan?”
“Hebat!”komentar suaminya.
“Besoknya aku melihatmu lagi dengan baju yang sama, tapi tasmu sudah berganti dengan tas yang biasa kamu pakai. Mungkin aku mengenali gelombang elektromagnetik yang kamu pendarkan.”
“itulah tanda bahwa kita berjodoh,”kata suaminya.
Ia merenung. “Barangkali dengan cara itu tuhan memberi tanda agar a ku menunggumu.” Suaminya tersenyum, ‘Sebenarnya dulu aku sering menyapamu dalam hati.” Apa hari itu kamu juga menyapaku diam-diam?
‘Tidak, hari itu aku tidak melihatmu.”
“Kebiasaan yang aneh, mengapa kamu bisa selucu itu?” ia tertawa.
“Kalau kamu mengatakan aku lucu, aku jadi ingat boneka beruang.” Mereka lalu tertawa bersama. Ia tidak mengira akan dapat selega ini setelah rahasianya terkuak. “Bagaimana bisa kamu menyembunyikan hal ini selama 16 tahun? Buku harian dan perasaanmu padaku sebelum kita menikah.”
“Ini perkara yang memalukan, bagaimana aku bisa membiarkan hal seperti ini tersingkap? Aku malu sekali dan merasa berdosa karena telah menyukai laki-laki asing. Aku percaya aku hanya boleh jatuh hati kepada satu orang. Dan orang itu harus menikah denganku terlebih dulu sebelum aku jatuh hati kepadanya.”
“Kamu tahu itu mustahil. Siapa yang bisa mengatur hati? Apa Cuma laki-laki yang mempunyai hak untuk menyukai? Bakhan Syaufa telah memilih Musa sebelum menikah seperti juga Fatimah telah memilih Ali.”
“Atau Khadijah memilih nabi Muhammad,”sambungnya.
“Atau Zulaikha terhadap nabi Yusuf, dapatkah kamu melihat kesamaanya?”
“kamu tahu aku tidak sekuat mereka. Dan aku tidak meu menjadi penggoda seperti Zulaikha.”
“Hm, penggoda seperti Zulaikha?bagaimana kamu akan melakukannya?
Ia memukul suaminya. “Berhenti, jangan buat aku bertambah malu.” Suaminya tergelak sementara wajahnya memerah jambu.
“Aku heran,”kata suaminya, “mengapa dalam buku harianmu tidak ada satu namapun yang tertulis?”
“Aku takut ada orang yang menemukan dan membacanya, lalu mengerti orang mana yang kumaksud.”
“Berarti kamu sadar suatu saat buku itu dapat diketahui orang lain?”
“Setidaknya orang tidak tahu siapa yang kutulis. Jadi, aku tidak benar-benar malu.”
“Bahkan namakupun tidak,” suaminya pura-pura sedih.
“Aku bisa menulisnya sekarang kalau kamu mau,”tawarnya manis.
“Tidak. Aku lebih suka hanya kita berdua yang tahu,” suaminya tersenyum. “Apakah akan ada rahasia lagi setelah ini?”
”Ya,”jawabnya.
“Sebutkan dulu alasannya.”
“Pertama, kalau orang memercayakannya ceritanya hanya untukku. Kedua, kalau suatu hal bisa membuat kita saling membenci.”
“Aku terima.”

Mereka berjabat tangan. Seperti dua sahabat kecil yang sama-sama senang karena tidak saling menipu.
Menjelang tidur suaminya bertanya, “Apakah kamu pernah berharap aku menemukan buku harianmu?”
Ia tertegun. Benarkah demikian?


Roy Dwi Utami
Pemenang hadiah hiburan lomba cerpen majalah ummi 2007

13 Oktober 2008

sebuah nasehat.....

sebuah nasehat mengatakan :

jangan putus asa jika terpeleset dan jatuh ke dalam lubang yang dalam, setelah keluar dari lubang itu engkau akan lebih kuat,sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.

jangan bersedih jika ada anak panah yang menembus tubuhmu, meski ia dibidikkan oleh orang terdekatmu. sungguh akan ada orang lain yang akan mencabut anak panah itu,mengobati luka dan mengembalikkan kehidupan serta senyumanmu.



jangan terlalu lama berdiri di atas reruntuhan rumah, apalagi jika kelelawar sudah menjadikan reruntuhan itu sebagai sarangnya. carilah suara burung yang indah di atas mega bersama sinar pagi yang baru.

jangan melihat lembaran kertas yang telah kusam dan tulisan buram yang penuh dengan penderitaan dan kegelisahan. engkau akan menemukan tulisan itu tidak akan abadi dan kertas-kertas itu bukan kertas terakhir untukmu

"taken from 'menjadi wanita paling bahagia'Aidh Al-Qarni"

uNtuK Hawa

hawa.....
hiasilah dirimu dengan kecantikan iman
hiasilah dirimu dengan ilmu dan amal sholeh
dirikanlah sholat dan berpuasalah dengan penuh kekhusukan

hawa......
hiasilah dirimu dengan akhlak yang mulia
hiasilah dirimu dengan rasa malu
hiasilah bibirmu dengan berdzikir dan bersyukur
tutuplah auratmu sesuai tuntunan Rasulullah Saw



hawa......
sibukkanlah dirimu untuk memperbaiki diri
jangan kau sia-siakan waktu untuk mempergunjingkan
atau mengorek-ngorek aib orang lain

hawa......
sebaik-baik perhiasan adalah wanita yang sholehah
maka...
janganlah sekali-kali kau mengguncang keimanan sang Adam

By : diena (hawa^_^)

;;